!
Ku Kenang Kau Selamanya !
“Hey..Jel melamun saja, nih undangan ulang tahunku.
Datang yah jangan lupa bawa pasanganmu. Jika tidak berarti kau tak boleh
datang. Hahaha” ucap Loly tega sembari menyodorkan subuah undangan berwarna
silver dengan design yang cantik. Aku mengangguk dengan sebuah senyum hambar.
Bagaimana ini ?
“Aduhhh Li,, bagaimna kalau aku datangnya dengan
Fathir ? bisa tidak” pintaku memelas
“Angel, Fathir itu kan kakak kandungmu ! mana boleh
seperti itu.. Aku tak mau pokoknya kau harus datang dengan pacarmu. Okey”
jawabnya lalu beranjak meninggalkanku. Aku berdecik kesal. Apa yang harus
kulakukan ? lagi pula sejak kapan gadis bernama Angel ini mempunyai seorang
kekasih..ugh..
#Malam ini langit begitu cerah dengan jutaan bintang
yang selalu setia menghias kehampaannya. Aku duduk disebuah kursi taman
langgananku merenungi nasib. Mungkin terbilang sangat aneh, diusiaku yang ke-17
sekalipun belum pernah merasakan jatuh cinta apalagi bisa sampai pacaran. Aku
sendiri bingung dengan diriku, ini sangatlah anomaly. Padahal jika disimak
baik-baik sebenarnya aku bukan gadis cupu yang biasanya pendiam, dan sering
diisengin orang-orang, aku juga bukan kutu buku yang keseharinnya selalu
diperpustakaan, hingga diasingkan oleh teman-temannya, bahkan nyatanya wajahku
lumayan manis, dengan hidung lancip, rambut hitam pekat yang sebahu plus badan
ramping yang sukses membuat teman-temanku sirik, dan wajar saja jika mereka
sama sekali tidak percaya kalau aku memanglah belum mempunyai seorang yang spesial
atau apalah yang sering mereka sebut dengan pujaan hati. Lantas apa yang
menyebabkan semuanya bisa seperti ini ? tentang itu aku sendiri pun tak tau
jawabannya apa !! Malang sekali.
Mata ini tiba-tiba menangkap kerlap-kerlip cahaya
berpuluh-puluh kunang-kunang yang terbang menghampiriku. Ukiran senyum tipis
kembali tercipta di bibir merah mudaku, Menyadari peri kecil nan tampan itu
malam ini datang lagi.
“Malam Angel”sapa peri itu lembut Tubuhnya yang
kecil membuatnya dapat duduk dengan bebas di telapak tanganku.
“Malam juga Marvey” sahutku pada lelaki tampan
dengan sayap putihnya yang berkilauan.
“oo,,,ya ada yang ingin kutunjukkan padamu” ucapnya,
aku mengernyit. Marvey kemudian memberikan sebuah kode suara yang tak kuketahui
artinya pada kunang-kunang disekelilingku. Aku kaget ketika hewan bercahaya itu
menyerbu lalu berbaris rapi di kedua lenganku, membuatku seolah memancarkan
cahaya sendiri, mereka juga membentuk sebuah formasi bergambar hati didepanku,
lucu sekali.
“Astagah, apa yang kau lakukan peri kecil ?”seruku.
Marvey kemudian terbang melayang tepat di depan mata hazelku
“Apa kau suka ?”tanyanya aku berfikir sejenak, lalu
mengangguk pelan walau sebenarnya ku tak tau apa maksud sahabat kecilku yang
satu ini.
“Aku mencintaimu Angel, maukah kau menikah denganku
?”katanya spontan, lalu menunjukkan sebuah cincin kecil yang tak mungkin muat
di jariku bahkan kelingking pun tak bisa. Aku terbelalak, diikuti sebuah tawa
yang meledak seketika.
“CINTA ? tau apa kau dengan cinta ! dan apa katamu
menikah ? hahaha..apa kau sudah gila ?” aku tertawa lepas.. Marvey kini melotot
ke arahku, membuat tawa itu lenyap dengan mudah. Beberapa detik setelah itu
hening, tak ada diantara kami yang bersuara, aku dan makhluk kecil itu beradu
pandang saat ini. Gawat apa dia marah ? aku kan hanya bercanda !
Pletaak
“Aww” aku meringis tak kusangka Marvey dapat
menjitakku hingga menimbulkan rasa sakit.
“Apanya yang lucu hah ? kenapa kau tertawa ? Apa kau
meremehkanku ?” sungutnya manyun dan semakin melebarkan mata Sapphirenya,
membuatku ketakutan.
“A.aku minta maaf. Tapi seharusnya aku yang
bertanya, kenapa kau tiba-tiba melamarku seperti ini ?aku masih SMA Marvey, mana mungkin bisa
menikah ! dan lagi kau kan tau aku ini manusia, bukan peri seperti dirimu. Aku
juga tak tau umurmu sekarang berapa ! bisa saja kan kau lebih muda dariku”
cerocosku panjang lebar. Dia terbang lagi seakan berfikir kemudian menatapku
lekat-lekat
“Heh, asal kau tau saja umurku sudah beranjak ke 100
tahun hari ini. Mengerti” tegasnya
“Ya ampun kau tua sekali. Hahaha. Seharusnya
sekarang aku memanggilmu dengan sebuatan OPA. Aku sudah bilang kita tidak
sebanding. Coba bayangkan aku ini masih 17 tahun. Mana mungkin OPA bisa
menikahiku!”ucapku mengejek dengan menekankan kata opa disetiap kalimat. Kini
dia terbang mengitariku
Pletak..agh,,peri nakal dia menjitakku lagi. Aku
melotot.
“Bodoh ! kau benar-benar bodoh. Jika aku memang
sudah tua. Mana mungkin wajahku akan se imut ini ! kau harus tau, perhitungan
waktu dunia peri itu sangat berbeda dengan dunia manusiamu. Jika difikir secara
logika kau itu akan seumuran denganku” jelasnya tak kalah panjang, dengan
melebih-lebihkan dirinya sendiri. Dasar.
“Astgah biasa sja, kau tak perlu memuji diri sendiri
seperti itu, mengerikan sekali. Lalu apa masalahmu hah ? kenapa kau ingin
sekali menikah ? dan kenapa harus denganku” tanyaku memperumit suasana.
“Kau tidak tau. Di usia seperti ini kami kalangan
peri sudah di wajibkan untuk menikah. Sebenarnya ibuku sudah menjodohkanku
dengan seorang gadis, tapi aku tidak menyetujuinya, asal kau saja aku sama
sekali tak menyukai gadis centil pilihan ibu itu” Ketus Marvey seraya
menunjukkan mimic wajah kesal yang dibuat-buat.
“Kau ! cerewet sekali rupanya” desisku pelan
“Apa Kau….”
“Eh,,tungggu dulu. Tadi katamu kau tak mau menerima
perjodohan itu, dan setelahnya kau malah melamarku. Hah,,jadi kau benar-benar
mnyukaiku ? astagah benar kah ? ayo katakan” desakku setelah memotong kata-katanya.
Kurasa sekarang akulah yang lebih cerewet.
“Aishh,,sudahlah. Lama-lama aku bosan berbicara
denganmu” katanya membuatku terdiam…
“Lantas sebenarnya apa yang sedang kau fikirkan ?
kulihat kau tadi sedang melamunkan sesuatu?” tanyanya mengingatkanku pada
masalahku sendri. Aku mendesah lalu menceritakan maslahku padanya.
“Huh..seandainya saja kau bisa menemaniku kepesta
itu” harapku setelah menceritakan semuanya.
“He.eh iyayah,. Sayangnya itu tidak mungkin. Kau kan
tau aku ini peri, bukan manusia seperti dirimu” sahutnya yang sedikt menirukan
kata-kataku.
“Kau ah…menyebalkan sekali” ketusku sembari
mengerucutkan bibir. Marvey pun terkikik dengan tingkah konyolnya itu.
##
Malam ini adalah malam ulang tahun Loly, Tubuhku
sudah berdiri didepan gerbang rumahnya, dengan sebuah long dress berwarna ivory
yang menurutku sangat cantik. Yeah itu hanya menurutku. Walau bagaimana pun
Loly adalah sahabatku, mana bisa aku tak hadir diacara pentingnya ini. Kakiku
sangat berat rasanya untuk melangkah kedalam, bayangkan saja, disaat semua
teman-temanku datang berdua dengan pasangan mereka, hanya aku seorang lah yang dengan
segenap kepercayaan diri melenggang masuk sendirian. Memalukan sekali. Aku
menutup mataku, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara
perlahan. Baiklah Angel, kau harus masuk sekarang juga. Dengan langkah pasti
aku segera menghampiri satpan rumah Loly, untuk memberikan undangan sebagai
bukti bahwa aku memanglah tamu di acara itu.
“Hey Kau” suara seseorang mngejutkanku. Langkahku
tercekat, segera saja kuberbalik kearah sumber suara. Didepanku kini berdiri
seorang lelaki berkulit putih dengan mata biru dan hidung mancungnya yang
menawan. Yang paling membuatku tercenggang dia juga memakai kostum peri seperti
diriku. Aku mnengadah lelaki itu juga cukup tinggi dibandingkan denganku.
“Eh, hay ! Apa kau memanggilku ?” jawabku kikuk
seraya melempar sebuah sunggingan senyum kepunyaanku yang paling manis.
“Apa kau tak malu, datang ke pesta ini tanpa
pasangan hah ?” ocehnya membuatku bergidik, kharismanya yang tadi terlihat mempesona
tiba-tiba lenyap seketika. Kurang ajar sekali dia rupanya, beraninya dia
menghinaku
“Heh, enak saja kau bicara seperti itu ! ini diriku
jadi terserah aku lah, mau datang sendiri atau dengan pasangan. Lagi pula kau
ini siapa hah ?” sahutku lantang sambil bercekik pinggang karena emosi.
Pletak “Aww”
aku meringis, jitakannya mengingatkanku terhadap seseorang. Dasar tidak sopan
“Jadi kau tak mengenalku hah ! Dasar gadis pikun !
Ini aku Marvey” Ketusnya tak kalah lantang. Aku melongo, tak percaya.
“Ma. Marvey” ucapku terbata
“ia Marvey, kenapa sih ! sulitkah mengenali wajah
tampanku ini !” sungutnya. Kali ini aku percaya bahwa dia adlah Marvey peri
kecil yang selalu memuji dirinya sendiri itu.
“Haha,,jadi kau Marvey ! ya ampun kenapa kau bisa
jadi besar seperti ini ? Dan kenapa kau bisa disini. Astagah” Aku memandangnya
takjub. mengelilingi tubuhnya dan mencubit-cubit pipinya untuk memastikan jika
ini nyata.
“eh,,hey sudahlah, sakit tau ! kau tak perlu
berlebihan. Kampungan sekali” ujarnya
“Haha bahkan sekarang aku bisa mencubit pipimu. Apa kau datang kemari untuk menjadi
pasanganku hah ?” Tanyaku lagi seraya melompat-lompat kegirangan
“Bodoh ! mana mungkin aku akan tega melihatmu malam
ini datang tanpa pasangan hah” jelasnya manyun. Aku tersipu.
“Aish, sudah tidak usah terlalu geer. Ayo cepat
masuk”pintanya. Aku menurut, Marvey menggengam tanganku memasuki halaman rumah
Loly yang sudah dipenuhi banyak pasangan remaja dengan kostum unik mereka yang
berbeda-beda. Berpasang-pasang mata itu kini tertuju kearah kami, Aku dan
Marvey seakan benar-benar adalah pasangan kekasih yang sangat serasi dengan
kostum peri yang kami kenakan.Takkan ada yang mengira bahwa sayap kepunyaan
Marvey sebenarnya adalah sayap asli tanpa rekayasa. Kulihat gadis-gadis itu
memperhatikan wajah Marvey yang non
original tanpa berkedip sedikitpun. Kulirik lelaki itu sekilas, seringai kecil
tampak di bibir merahnya. Sungguh ini semua diluar dugaan. Aku pasti akan menjadi
bahan pembicaraan mereka setelah ini.
Pesta ulang tahun Loly benar-benar pesta yang sangat
romantis dikalangan para remaja, fikirkan saja di puncak acaranya kami
diwajibkan untuk berdansa dengan pasangan masing-masing, aku terkesiap ini
sungguh diluar skenario yang kuperkirakan, aku sama sekali tidak tau berdansa,
Marvey terus saja memaksaku, alhasil kakinya kini menjadi sasaran, kebodohanku
dalam berdansa membuat aku harus berkali-kali menginjak kaki Marvey tanpa
disengaja.
“Hey, ya ampun sudahlah, ini adalah yang kesekian
kalinya kau menginjak kakiku. Apa kau tak malu hah ? santai saja, caramu
bergerak itu kaku sekali” ocehnya ditelingaku. Wuaahh,,kata siapa aku tak malu
! Aku mendesah pelan lalu kembali mencoba melangkahkan kaki mengikuti aliran
musik yang mengalun lembut. Benar, gerakanku masih saja terlihat kaku, bibirku
manyun namun tiba-tiba aku terkesiap, mata Sapphire itu memandangku dengan
sedikit aneh.
Deg
Astgah ada apa denganku. Perasaan seperti apa ini ?
iris mata seindah ocean itu membuatku benar-benar terpana. Eah diam-diam aku
mengagumi mata lelaki ini. Bibir tipis itu menyeringgai ke arahku.
“Ekh kenapa ?” desisku kemudian
“Kau tak perlu berlebihan memuji mataku ini.
Sudahlah gerakanmu juga sekarang lumayan bagus” lelaki itu mengedipkan sebelah
matanya jail, membuat hatiku meleleh seketika. Wuah,,Dia sungguh membuatku
jatuh cinta ? iaah biar kuulangi CINTA?
Akh aku gila. Sudah lupakan !
##
Arloji di pergelengan tanganku kini menunjukkan
pukul 23.45. Pesta nya sudah selesai 10 menit yang lalu. Marvey pun mengantarku
pulang dengan berjalan kaki, itu tidak terlalu masalah karena jarak rumahku
hanya sekitar 100 meter dari rumah Loly.
“Thanks, kau sudah menemaniku malam ini” ucapku
hati-hati lalu memandang kearahnya, dengan bantuan lampu jalan yang remang,
samar-samar kulihat ia tersenyum tipis. Namun tiba-tiba mataku melebar, sayap
kiri Marvey mengeluarkan cairan berwarna merah hingga membaut sayap putih
berbulunya yang lembut itu berubah warna.
“Astagah, ada apa dengan sayapmu ?” tanyaku panik.
Dia terlihat pangling kemudian mencoba menoleh dan merasakan apa yang terjadi.
Bau anyir seketika menyeruak menusuk hidungku.
“Ini darah, sayapmu berdarah Marvey” celotehku kacau
“Mereka mengetahuinya” jawab peri itu sedikit
menampakkan keterkejutan, membuat otakku berputar lebih cepat.
“Apa maksudmu ? mengetahui apa ? sebenarnya apa yang
terjadi” desakku semakin gelisah. Cairan itu terlihat keluar semakin banyak
dari sayap kirinya yang sedikit patah entah karena apa. Marvey meringis menahan
sakit, patahan itu semakin lama semakin melebar. Tanpa kuketahui apa
penyebabnya. Tanpa fikir panjang segera saja kumerobek bagian bawah gaun
putihku, lalu mengikatkannya erat disayap kiri Marvey, untuk menyumbat aliran
darah segar yang tak henti-hentinya memancar
“Ada apa Marvey ceritakan padaku ?” tanyaku dengan
tatapan sendu.
“Maafkan aku jel, kurasa ini sudah saatnya aku
menceritakan semua padamu” ia tersenyum getir “bangsa peri sepertiku sebenarnya
dilarang untuk berteman dengan manusia, mereka berfikir bahwa manusia itu
adalah musuh besar mereka. Dan kau tau kenapa aku bisa menjadi manusia seperti
sekarang ! aku mencuri serbuk ajaib dari para tetinggi dunia peri itu”lelaki
itu mendesah kecil “Mereka benar-benar bodoh karena baru menyadari semuanya
sekarang” Jelas Marvey dengan senyum simpul yang menghiasi bibir pucatnya
“Kau ! ah kenapa kau bisa melakukan semuanya ?
lantas apa mereka akan mematahku sayapmu ?” mataku terasa hangat dengan
pandangan yang rada-rada kabur, cairan bening itu mulai tertampung di pelupuk
mataku.
“yah seperti yang kau lihat” ujarnya Lelaki itu dia
memegang pundaknya menahan sakit. Tubuh kekar dihadapanku perlahan jatuh
tersungkur di aspal jalanan.
“Arrrgghh” erangannya memecah kesunyian malam. Aku
terduduk lesu dihadapannya. Sesakit itukah rasanya Marvey ? Tetesan cairan bening jatuh perlahan
dipipiku. Mata birunya menatapku dalam
“hey, ada apa ? bukankah aku yang sakit, kenapa kau
yg menangis? sudahlah dasar cengeng. Kau terlihat sangat jelek seperti itu. Aku
baik-baik saja” celutuknya
“Kau fikir aku buta ?Mana mungkin kau baik-baik saja
? Kau terlihat sangat kesakitan” sahutku parau, mata sapphirenya memandangku
lekat, tangan kekar Marvey kemudian mengusap air mataku lembut.. Dia
menyeringgai kecil.
“Sudah kubilang. Kau terlihat sangat jelek jika
menangis” ucapnya, aku menggigit bibir bawahku kesal. Bahkan dalam keadaan
seperti ini dia masih saja menghinaku.
“aish..hentikan air matamu. Aku tak
menyukainya”sahut Marvey, ia kemudian meraih kepalaku dan menyandarkannya di
dadanya yang bidang. “jelek ! akh sayang sekali. Ku fikir mungkin setelah ini
kita tidak akan bertemu lagi” kata-katanya membuat air mataku mengalir lebih
deras.
“Apa maksudmu. Kau akan meninggalkanku ?” Aku
menarik wajahku. Menatapnya sayu. Dia menyeringgai
“Apa kau ingat. Tentang perkataanku saat melamarmu
malam itu ?” Aku mengernyit
“Eah, mana bisa aku lupa. Jelas-jelas waktu itu kau
melamarku dengan cara yg sangat tidak romantis” ucapku ketus. Aliran air mataku
menyurut. Dia benar-benar mampu membuat mood ku berubah-ubah dalam waktu seper
sekian detik. Lelaki itu terkikik
“Apa kau mau aku mengatakannya sekali lagi untuk
yang terakhir?” Dia tersenyum walau dirinya kesakitan. Cairan bening itu
kembali jatuh. Aku benar-benar tak tahan dia Marvey akan pergi. Lelaki itu
meraih kedua pipiku.
“Angel ! aku mencintaimu” ujarnya dengan tatpan
tulus. Dia mencium keningku lembut.
“Wuahh,,Marvey” tangisku pecah, aku menghambur ke
dalam pelukannya.
“Aku..Aku..” bibirku kelu untuk berkata-kata. Tubuh
yang memelukku kini perlahan memudar dari penglihatan. Dia akan pergi
“Mencintaimu” ucapku disela-sela tangisan perpisahan.
Sosok yang kupeluk itu lantas hilang,
terbawa angin malam, Marvey….selamat tinggal. Aku mencintaimu. Dan selamnya
akan mengenangmu. Kau adalah lelaki pertama yang telah membuatku jatuh cinta.
Kau dan aku kini tau perasaan seperti itu benar-benar indah. Trima Kasih
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar