Rabu, 23 November 2016



! Ku Kenang Kau Selamanya !

“Hey..Jel melamun saja, nih undangan ulang tahunku. Datang yah jangan lupa bawa pasanganmu. Jika tidak berarti kau tak boleh datang. Hahaha” ucap Loly tega sembari menyodorkan subuah undangan berwarna silver dengan design yang cantik. Aku mengangguk dengan sebuah senyum hambar. Bagaimana ini ?

“Aduhhh Li,, bagaimna kalau aku datangnya dengan Fathir ? bisa tidak” pintaku memelas

“Angel, Fathir itu kan kakak kandungmu ! mana boleh seperti itu.. Aku tak mau pokoknya kau harus datang dengan pacarmu. Okey” jawabnya lalu beranjak meninggalkanku. Aku berdecik kesal. Apa yang harus kulakukan ? lagi pula sejak kapan gadis bernama Angel ini mempunyai seorang kekasih..ugh..

#Malam ini langit begitu cerah dengan jutaan bintang yang selalu setia menghias kehampaannya. Aku duduk disebuah kursi taman langgananku merenungi nasib. Mungkin terbilang sangat aneh, diusiaku yang ke-17 sekalipun belum pernah merasakan jatuh cinta apalagi bisa sampai pacaran. Aku sendiri bingung dengan diriku, ini sangatlah anomaly. Padahal jika disimak baik-baik sebenarnya aku bukan gadis cupu yang biasanya pendiam, dan sering diisengin orang-orang, aku juga bukan kutu buku yang keseharinnya selalu diperpustakaan, hingga diasingkan oleh teman-temannya, bahkan nyatanya wajahku lumayan manis, dengan hidung lancip, rambut hitam pekat yang sebahu plus badan ramping yang sukses membuat teman-temanku sirik, dan wajar saja jika mereka sama sekali tidak percaya kalau aku memanglah belum mempunyai seorang yang spesial atau apalah yang sering mereka sebut dengan pujaan hati. Lantas apa yang menyebabkan semuanya bisa seperti ini ? tentang itu aku sendiri pun tak tau jawabannya apa !! Malang sekali.

Mata ini tiba-tiba menangkap kerlap-kerlip cahaya berpuluh-puluh kunang-kunang yang terbang menghampiriku. Ukiran senyum tipis kembali tercipta di bibir merah mudaku, Menyadari peri kecil nan tampan itu malam ini datang lagi.

“Malam Angel”sapa peri itu lembut Tubuhnya yang kecil membuatnya dapat duduk dengan bebas di telapak tanganku.

“Malam juga Marvey” sahutku pada lelaki tampan dengan sayap putihnya yang berkilauan.

“oo,,,ya ada yang ingin kutunjukkan padamu” ucapnya, aku mengernyit. Marvey kemudian memberikan sebuah kode suara yang tak kuketahui artinya pada kunang-kunang disekelilingku. Aku kaget ketika hewan bercahaya itu menyerbu lalu berbaris rapi di kedua lenganku, membuatku seolah memancarkan cahaya sendiri, mereka juga membentuk sebuah formasi bergambar hati didepanku, lucu sekali.

“Astagah, apa yang kau lakukan peri kecil ?”seruku. Marvey kemudian terbang melayang tepat di depan mata hazelku

“Apa kau suka ?”tanyanya aku berfikir sejenak, lalu mengangguk pelan walau sebenarnya ku tak tau apa maksud sahabat kecilku yang satu ini.

“Aku mencintaimu Angel, maukah kau menikah denganku ?”katanya spontan, lalu menunjukkan sebuah cincin kecil yang tak mungkin muat di jariku bahkan kelingking pun tak bisa. Aku terbelalak, diikuti sebuah tawa yang meledak seketika.

“CINTA ? tau apa kau dengan cinta ! dan apa katamu menikah ? hahaha..apa kau sudah gila ?” aku tertawa lepas.. Marvey kini melotot ke arahku, membuat tawa itu lenyap dengan mudah. Beberapa detik setelah itu hening, tak ada diantara kami yang bersuara, aku dan makhluk kecil itu beradu pandang saat ini. Gawat apa dia marah ? aku kan hanya bercanda !

Pletaak
“Aww” aku meringis tak kusangka Marvey dapat menjitakku hingga menimbulkan rasa sakit.

“Apanya yang lucu hah ? kenapa kau tertawa ? Apa kau meremehkanku ?” sungutnya manyun dan semakin melebarkan mata Sapphirenya, membuatku ketakutan.

“A.aku minta maaf. Tapi seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau tiba-tiba melamarku seperti ini  ?aku masih SMA Marvey, mana mungkin bisa menikah ! dan lagi kau kan tau aku ini manusia, bukan peri seperti dirimu. Aku juga tak tau umurmu sekarang berapa ! bisa saja kan kau lebih muda dariku” cerocosku panjang lebar. Dia terbang lagi seakan berfikir kemudian menatapku lekat-lekat

“Heh, asal kau tau saja umurku sudah beranjak ke 100 tahun hari ini. Mengerti” tegasnya

“Ya ampun kau tua sekali. Hahaha. Seharusnya sekarang aku memanggilmu dengan sebuatan OPA. Aku sudah bilang kita tidak sebanding. Coba bayangkan aku ini masih 17 tahun. Mana mungkin OPA bisa menikahiku!”ucapku mengejek dengan menekankan kata opa disetiap kalimat. Kini dia terbang mengitariku

Pletak..agh,,peri nakal dia menjitakku lagi. Aku melotot.

“Bodoh ! kau benar-benar bodoh. Jika aku memang sudah tua. Mana mungkin wajahku akan se imut ini ! kau harus tau, perhitungan waktu dunia peri itu sangat berbeda dengan dunia manusiamu. Jika difikir secara logika kau itu akan seumuran denganku” jelasnya tak kalah panjang, dengan melebih-lebihkan dirinya sendiri. Dasar.

“Astgah biasa sja, kau tak perlu memuji diri sendiri seperti itu, mengerikan sekali. Lalu apa masalahmu hah ? kenapa kau ingin sekali menikah ? dan kenapa harus denganku” tanyaku memperumit suasana.

“Kau tidak tau. Di usia seperti ini kami kalangan peri sudah di wajibkan untuk menikah. Sebenarnya ibuku sudah menjodohkanku dengan seorang gadis, tapi aku tidak menyetujuinya, asal kau saja aku sama sekali tak menyukai gadis centil pilihan ibu itu” Ketus Marvey seraya menunjukkan mimic wajah kesal yang dibuat-buat.

“Kau ! cerewet sekali rupanya” desisku pelan

“Apa Kau….”

“Eh,,tungggu dulu. Tadi katamu kau tak mau menerima perjodohan itu, dan setelahnya kau malah melamarku. Hah,,jadi kau benar-benar mnyukaiku ? astagah benar kah ? ayo katakan” desakku setelah memotong kata-katanya. Kurasa sekarang akulah yang lebih cerewet.

“Aishh,,sudahlah. Lama-lama aku bosan berbicara denganmu” katanya membuatku terdiam…

“Lantas sebenarnya apa yang sedang kau fikirkan ? kulihat kau tadi sedang melamunkan sesuatu?” tanyanya mengingatkanku pada masalahku sendri. Aku mendesah lalu menceritakan maslahku padanya.

“Huh..seandainya saja kau bisa menemaniku kepesta itu” harapku setelah menceritakan semuanya.

“He.eh iyayah,. Sayangnya itu tidak mungkin. Kau kan tau aku ini peri, bukan manusia seperti dirimu” sahutnya yang sedikt menirukan kata-kataku.

“Kau ah…menyebalkan sekali” ketusku sembari mengerucutkan bibir. Marvey pun terkikik dengan tingkah konyolnya itu.

##

Malam ini adalah malam ulang tahun Loly, Tubuhku sudah berdiri didepan gerbang rumahnya, dengan sebuah long dress berwarna ivory yang menurutku sangat cantik. Yeah itu hanya menurutku. Walau bagaimana pun Loly adalah sahabatku, mana bisa aku tak hadir diacara pentingnya ini. Kakiku sangat berat rasanya untuk melangkah kedalam, bayangkan saja, disaat semua teman-temanku datang berdua dengan pasangan mereka, hanya aku seorang lah yang dengan segenap kepercayaan diri melenggang masuk sendirian. Memalukan sekali. Aku menutup mataku, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Baiklah Angel, kau harus masuk sekarang juga. Dengan langkah pasti aku segera menghampiri satpan rumah Loly, untuk memberikan undangan sebagai bukti bahwa aku memanglah tamu di acara itu.

“Hey Kau” suara seseorang mngejutkanku. Langkahku tercekat, segera saja kuberbalik kearah sumber suara. Didepanku kini berdiri seorang lelaki berkulit putih dengan mata biru dan hidung mancungnya yang menawan. Yang paling membuatku tercenggang dia juga memakai kostum peri seperti diriku. Aku mnengadah lelaki itu juga cukup tinggi dibandingkan denganku.

“Eh, hay ! Apa kau memanggilku ?” jawabku kikuk seraya melempar sebuah sunggingan senyum kepunyaanku yang paling manis.

“Apa kau tak malu, datang ke pesta ini tanpa pasangan hah ?” ocehnya membuatku bergidik, kharismanya yang tadi terlihat mempesona tiba-tiba lenyap seketika. Kurang ajar sekali dia rupanya, beraninya dia menghinaku

“Heh, enak saja kau bicara seperti itu ! ini diriku jadi terserah aku lah, mau datang sendiri atau dengan pasangan. Lagi pula kau ini siapa hah ?” sahutku lantang sambil bercekik pinggang  karena emosi.

Pletak  “Aww” aku meringis, jitakannya mengingatkanku terhadap seseorang. Dasar tidak sopan

“Jadi kau tak mengenalku hah ! Dasar gadis pikun ! Ini aku Marvey” Ketusnya tak kalah lantang. Aku melongo, tak percaya.

“Ma. Marvey” ucapku terbata

“ia Marvey, kenapa sih ! sulitkah mengenali wajah tampanku ini !” sungutnya. Kali ini aku percaya bahwa dia adlah Marvey peri kecil yang selalu memuji dirinya sendiri itu.

“Haha,,jadi kau Marvey ! ya ampun kenapa kau bisa jadi besar seperti ini ? Dan kenapa kau bisa disini. Astagah” Aku memandangnya takjub. mengelilingi tubuhnya dan mencubit-cubit pipinya untuk memastikan jika ini nyata.

“eh,,hey sudahlah, sakit tau ! kau tak perlu berlebihan. Kampungan sekali” ujarnya

“Haha bahkan sekarang aku bisa mencubit pipimu.  Apa kau datang kemari untuk menjadi pasanganku hah ?” Tanyaku lagi seraya melompat-lompat kegirangan

“Bodoh ! mana mungkin aku akan tega melihatmu malam ini datang tanpa pasangan hah” jelasnya manyun. Aku tersipu.

“Aish, sudah tidak usah terlalu geer. Ayo cepat masuk”pintanya. Aku menurut, Marvey  menggengam tanganku memasuki halaman rumah Loly yang sudah dipenuhi banyak pasangan remaja dengan kostum unik mereka yang berbeda-beda. Berpasang-pasang mata itu kini tertuju kearah kami, Aku dan Marvey seakan benar-benar adalah pasangan kekasih yang sangat serasi dengan kostum peri yang kami kenakan.Takkan ada yang mengira bahwa sayap kepunyaan Marvey sebenarnya adalah sayap asli tanpa rekayasa. Kulihat gadis-gadis itu memperhatikan  wajah Marvey yang non original tanpa berkedip sedikitpun. Kulirik lelaki itu sekilas, seringai kecil tampak di bibir merahnya. Sungguh ini semua diluar dugaan. Aku pasti akan menjadi bahan pembicaraan mereka setelah ini.

Pesta ulang tahun Loly benar-benar pesta yang sangat romantis dikalangan para remaja, fikirkan saja di puncak acaranya kami diwajibkan untuk berdansa dengan pasangan masing-masing, aku terkesiap ini sungguh diluar skenario yang kuperkirakan, aku sama sekali tidak tau berdansa, Marvey terus saja memaksaku, alhasil kakinya kini menjadi sasaran, kebodohanku dalam berdansa membuat aku harus berkali-kali menginjak kaki Marvey tanpa disengaja.

“Hey, ya ampun sudahlah, ini adalah yang kesekian kalinya kau menginjak kakiku. Apa kau tak malu hah ? santai saja, caramu bergerak itu kaku sekali” ocehnya ditelingaku. Wuaahh,,kata siapa aku tak malu ! Aku mendesah pelan lalu kembali mencoba melangkahkan kaki mengikuti aliran musik yang mengalun lembut. Benar, gerakanku masih saja terlihat kaku, bibirku manyun namun tiba-tiba aku terkesiap, mata Sapphire itu memandangku dengan sedikit aneh.

Deg

Astgah ada apa denganku. Perasaan seperti apa ini ? iris mata seindah ocean itu membuatku benar-benar terpana. Eah diam-diam aku mengagumi mata lelaki ini. Bibir tipis itu menyeringgai ke arahku.

“Ekh kenapa ?” desisku kemudian

“Kau tak perlu berlebihan memuji mataku ini. Sudahlah gerakanmu juga sekarang lumayan bagus” lelaki itu mengedipkan sebelah matanya jail, membuat hatiku meleleh seketika. Wuah,,Dia sungguh membuatku jatuh cinta  ? iaah biar kuulangi CINTA? Akh aku gila. Sudah lupakan !

##

Arloji di pergelengan tanganku kini menunjukkan pukul 23.45. Pesta nya sudah selesai 10 menit yang lalu. Marvey pun mengantarku pulang dengan berjalan kaki, itu tidak terlalu masalah karena jarak rumahku hanya sekitar 100 meter dari rumah Loly.

“Thanks, kau sudah menemaniku malam ini” ucapku hati-hati lalu memandang kearahnya, dengan bantuan lampu jalan yang remang, samar-samar kulihat ia tersenyum tipis. Namun tiba-tiba mataku melebar, sayap kiri Marvey mengeluarkan cairan berwarna merah hingga membaut sayap putih berbulunya yang lembut itu berubah warna.

“Astagah, ada apa dengan sayapmu ?” tanyaku panik. Dia terlihat pangling kemudian mencoba menoleh dan merasakan apa yang terjadi. Bau anyir seketika menyeruak menusuk hidungku.

“Ini darah, sayapmu berdarah Marvey” celotehku kacau

“Mereka mengetahuinya” jawab peri itu sedikit menampakkan keterkejutan, membuat otakku berputar lebih cepat.

“Apa maksudmu ? mengetahui apa ? sebenarnya apa yang terjadi” desakku semakin gelisah. Cairan itu terlihat keluar semakin banyak dari sayap kirinya yang sedikit patah entah karena apa. Marvey meringis menahan sakit, patahan itu semakin lama semakin melebar. Tanpa kuketahui apa penyebabnya. Tanpa fikir panjang segera saja kumerobek bagian bawah gaun putihku, lalu mengikatkannya erat disayap kiri Marvey, untuk menyumbat aliran darah segar yang tak henti-hentinya memancar

“Ada apa Marvey ceritakan padaku ?” tanyaku dengan tatapan sendu.

“Maafkan aku jel, kurasa ini sudah saatnya aku menceritakan semua padamu” ia tersenyum getir “bangsa peri sepertiku sebenarnya dilarang untuk berteman dengan manusia, mereka berfikir bahwa manusia itu adalah musuh besar mereka. Dan kau tau kenapa aku bisa menjadi manusia seperti sekarang ! aku mencuri serbuk ajaib dari para tetinggi dunia peri itu”lelaki itu mendesah kecil “Mereka benar-benar bodoh karena baru menyadari semuanya sekarang” Jelas Marvey dengan senyum simpul yang menghiasi bibir pucatnya

“Kau ! ah kenapa kau bisa melakukan semuanya ? lantas apa mereka akan mematahku sayapmu ?” mataku terasa hangat dengan pandangan yang rada-rada kabur, cairan bening itu mulai tertampung di pelupuk mataku.

“yah seperti yang kau lihat” ujarnya Lelaki itu dia memegang pundaknya menahan sakit. Tubuh kekar dihadapanku perlahan jatuh tersungkur di aspal jalanan.

“Arrrgghh” erangannya memecah kesunyian malam. Aku terduduk lesu dihadapannya. Sesakit itukah rasanya Marvey ?  Tetesan cairan bening jatuh perlahan dipipiku.  Mata birunya menatapku dalam

“hey, ada apa ? bukankah aku yang sakit, kenapa kau yg menangis? sudahlah dasar cengeng. Kau terlihat sangat jelek seperti itu. Aku baik-baik saja” celutuknya

“Kau fikir aku buta ?Mana mungkin kau baik-baik saja ? Kau terlihat sangat kesakitan” sahutku parau, mata sapphirenya memandangku lekat, tangan kekar Marvey kemudian mengusap air mataku lembut.. Dia menyeringgai kecil.

“Sudah kubilang. Kau terlihat sangat jelek jika menangis” ucapnya, aku menggigit bibir bawahku kesal. Bahkan dalam keadaan seperti ini dia masih saja menghinaku.

“aish..hentikan air matamu. Aku tak menyukainya”sahut Marvey, ia kemudian meraih kepalaku dan menyandarkannya di dadanya yang bidang. “jelek ! akh sayang sekali. Ku fikir mungkin setelah ini kita tidak akan bertemu lagi” kata-katanya membuat air mataku mengalir lebih deras.

“Apa maksudmu. Kau akan meninggalkanku ?” Aku menarik wajahku. Menatapnya sayu. Dia menyeringgai

“Apa kau ingat. Tentang perkataanku saat melamarmu malam itu ?” Aku mengernyit

“Eah, mana bisa aku lupa. Jelas-jelas waktu itu kau melamarku dengan cara yg sangat tidak romantis” ucapku ketus. Aliran air mataku menyurut. Dia benar-benar mampu membuat mood ku berubah-ubah dalam waktu seper sekian detik. Lelaki itu terkikik

“Apa kau mau aku mengatakannya sekali lagi untuk yang terakhir?” Dia tersenyum walau dirinya kesakitan. Cairan bening itu kembali jatuh. Aku benar-benar tak tahan dia Marvey akan pergi. Lelaki itu meraih kedua pipiku.

“Angel ! aku mencintaimu” ujarnya dengan tatpan tulus. Dia mencium keningku lembut.

“Wuahh,,Marvey” tangisku pecah, aku menghambur ke dalam pelukannya.

“Aku..Aku..” bibirku kelu untuk berkata-kata. Tubuh yang memelukku kini perlahan memudar dari penglihatan. Dia akan pergi

“Mencintaimu” ucapku disela-sela tangisan perpisahan. Sosok yang kupeluk itu lantas  hilang, terbawa angin malam, Marvey….selamat tinggal. Aku mencintaimu. Dan selamnya akan mengenangmu. Kau adalah lelaki pertama yang telah membuatku jatuh cinta. Kau dan aku kini tau perasaan seperti itu benar-benar indah. Trima Kasih

END


Tidak ada komentar:

Posting Komentar